BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT
menjelaskan bahwa tindakan yang tepat bagi orang-orang yang musyrik ialah
menjatuhkan azab yang membinasakan mereka, seperti dialami oleh orang-orang
musyrik sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak dapat memberikan
alasan apapun karena Allah SWT telah memberikan bimbingan-Nya melalui rasul.
Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang mereka daripada mengikuti
wahyu yang membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat berikut Allah
menjelaskan bahwa ia telah mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rasul untuk
memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.
B.
Judul Makalah
Sesuai dengan tugas yang telah
diberikan kepada penulis, maka makalah ini berjudul “Menyeru Pada Kebenaran”
dengan penafsiran dari QS. An-Nahl ayat 36.
C.
Nash al-Qur’an
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ
فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
٣٦
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
D.
Arti Penting Pengkajian Materi
Ayat ini sangat penting untuk
dikaji, karena di dalam ayat ini Allah mengabarkan kepada
kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh dan
mendapat petunjuk dari Allah SWT., ataupun ummat yang membangkang karena
didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar
manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Di
sini Allah menjelaskan bahwa akibat dari orang yang mendustakan ajaran Allah,
tidaklah ada yang selamat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Makna Kebenaran (Al-Haq)
Dalam Lisan Al-Arab
disebutkan bahwa makna "al-haq" bermakna ketetapan, kewajiban,
yakin, yang patut dan yang benar. Sementara dalam Mu'jam Al-Wasith
disebutkan bahwa makna "al-haq" bermakna sesuatu yang benar
dan tetap. Wahbah Al-Zuhaili mengatakan bahwa makna dari "al-haq" secara bahasa berkisar antara ketetapan,
kewajiban dan bagian tertentu. Sementara Al-Jarjany mendefiniskan hak dengan الثابت الذي لا يسوغ إنكاره "Kepastian yang
tidak diragukan lagi".
Kesimpulannya adalah bahwa
lafadz "hak" secara bahasa mempunyai beberapa makna, yaitu :
kepastian, kebenaran (lawan dari batil), bagian tertentu dan ketetapan
atas sesuatu. Adapun secara istilah "hak" adalah "Keistimewaan
yang ditetapkan oleh syariat berupa kekuasaan atas sesuatu", dalam
pengertian yang lain yaitu "Beban syariat yang dikenakan kepada
seseorang". Ada dua pengertian hak yang disebutkan oleh para ulama, yaitu
hak yang berarti kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang dan hak yang berarti al-hukmu
yaitu Khitab (hukum-hukum) Allah yang berkaitan dengan amalan-amalan
hamba yang berupa tuntutan, pilihan dan wadh'i.[1]
B.
Tafris QS. an-Nahl ayat 36
1.
Tafsir al-Qurthubi
Firman Allah Ta’ala, “Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja),...“.
Maksudnya, hendaknya kalian sembah Allah saja.
“dan
jauhilah Thaghut itu”. Maksudnya,
tinggalkan oleh kalian semua sesembahan selain Allah, seperti: syetan, dukun,
patung dan semua yang menyeru kepada kesesatan.
“maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah”. Maksudnya, diberi
petunjuk kepada agama-Nya dan beribadah kepada-Nya.
“dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya”. Maksudnya,
dengan ketetapan dahulu (qadha) bagi dirinya sehingga dia mati dalam
kekufurannya. Hal ini menolak pandangan kelompok Qadariah, karena mereka
mendakwakan bahwa Allah SWT memberikan petunjuk kepada semua manusia dan
memberikan taufik (bertemunya kehendak Allah dengan kehendak manusia) kepada
mereka untuk mendapatkan petunjuk. Allah SWT berfirman, “maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.” Hal ini telah dijelaskan bukan hanya dalam satu
tempat saja.
“Maka berjalanlah kamu dimuka bumi”. Maksudnya, berjalanlah dengan menyerap pelajaran di
muka bumi.
“dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).” Maksudnya,
bagaimana akhir mereka menuju kepada
kebinasaan, adzab, dan kehancuran.[2]
2. Tafsir al-Maragi
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ
Sungguh Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat
sebelum kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian,
kemudian rasul itu berkata kepada mereka, “Sembahlah Allah saja, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Dan jagalah diri kalian dari disesatkan oleh setan dan
dihalang-halangi dari jalan Allah sehingga kalian tersesat.”
Senada dengan ayat ini ialah firman Allah :
وَمَآ
أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ
إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ ٢٥
Artinya: Dan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya’ : 25)
Dan firman-Nya :
وَسَۡٔلۡ
مَنۡ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رُّسُلِنَآ أَجَعَلۡنَا مِن دُونِ ٱلرَّحۡمَٰنِ
ءَالِهَةٗ يُعۡبَدُونَ
٤٥
Artinya: Dan tanyakanlah kepada
rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami
menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah? (QS.
Az-Zukhruf : 45)
Ringkasan, kehendak syar’i untuk
kufur itu tidak ada, karena Allah Ta’ala telah melarang hal itu melalui lisan para
rasul-Nya. Sedang kehendak kauniyah, yaitu menetapkan dan mentakdirkan
hamba-hamba-Nya untuk kufur, sesuai dengan ikhtiar mereka sendiri dan karena
mereka menunjukkan keinginannya kepada pencapaian sebab-sebab kekufuran
tersebut. Dalam hal ini, mereka tidak mempunyai hujjah, karena Allah Ta’ala
telah menciptakan neraka dan menjadikan penghuninya dari setan-setan dan
orang-orang kafir. Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya. Dalam hal
ini Dia mempunyai hujjah yang kuat dan hikmah yang sempurna.
Kemudian Allah menjelaskan, bahwa
Dia mengingkari kekufuran hamba-hamba-Nya yang berdusat, dengan menurunkan
siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul memberi peringatan kepada
mereka.
فَسِيرُواْ
فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
Di antara orang-orang yang Kami
telah mengutus para rasul Kami kepada mereka, ada orang yang diberi petunjuk
oleh Allah, dan diberkati untuk membenarkan mereka, menerima petunjuk, dan
mengerjakan apa yang mereka bawa, sehingga mereka beruntung, berbahagia dan
selamat dari azab-Nya. Ada pula yang menyimpang dari jalan lurus, lalu kufur
kepada Allah, mendustakan para rasul-Nya dan mengikuti taghut, sehingga Allah
membinasakan mereka dengan siksan-Nya, dan menurunkan azab-Nya yang sangat keras,
yang tidak bisa ditolak dari kaum yang durhaka.[3]
3. Tafsir
al-Mishbah
Selanjutnya ayat ini menghibur Nabi
Muhammad saw. dalam menghadapi para pembangkan dari kaum beliau. Seakan-akan
ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada di antara umatmu yang
menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Dan keadaan yang
engkau alami itu sama juga dengan yang dialami oleh para rasul sebelumnya,
karena sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat sebelum
Kami mengutusmu, lalu mereka menyampaikan kepada kaum mereka masing-masing
bahwa: “Sembahlah Allah, yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh
pengagungan kepada Tuhan Yang Mahasa Esa saja, jangan menyembah selain-Nya, apa
dan siapa pun, dan jauhilah Thaghut, yakni segala macam yang melampaui
batas, seperti penyembahan berhala dan kepatuhan kepada tirani. “Ajakan para
rasul itu telah diketahui oleh umat masing-masing rasul maka di antara
mereka, yakni umat para rasul itu ada orang yang hatinya terbuka dan
pikirannya yang jernih sehingga Allah menyambutnya dan dia diberi
petunjuk oleh Allah, dan ada pula diantara mereka yang keras kepala, lagi
berat hatinya sehingga mereka menolak ajakan rasul mereka dan dengan demikian
menjadi telah pasti atasanya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri
itu. Wahai umat Muhammad, jika kamu ragu menyangkut apa yang disampaikan rasul,
termasuk kebinasaan para pembangkang maka berjalanlah kamu semua di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta
rasul-rasul.[4]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
1.
Senantiasa
beribadah hanya kepada Allah saja.
2.
Selalu
mendekatkan diri kepada Allah supaya terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh-Nya.
3.
Senantiasa
berpikiran jernih dan menerima dengan baik ajaran Rasul, sehingga Allah
memberikan petunjuk kepada kita semua dan memberikan taufik-Nya.
4.
Memperbaiki
setiap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat dan mempelajari kehidupan
orang-orang terdahulu.
D.
Aspek Tarbawi
1. Perintah untuk tidak beribadah selain kepada Allah dan tidak mengingkarinya/kafir.
Akibat dari orang yang mendustakan ajaran Allah, tidak akan ada yang selamat.
2. Perintah untuk menjauhi syaitan dan sekutunya serta semua yang menyeru
kepada kesesatan.
3. Dapat mengambil pelajaran pada setiap kesalahan yang pernah diperbuat oleh
ummat terdahulu dan tidak mengulanginya kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembahasan
makalah ini terdapat beberapa penafsiran dari QS. An-Nahl ayat 36, yaitu
diantaranya Tafsir Al-Qurthubi, Tafisr Al-Maragi dan Tafsir Al-Mishbah. Dari
tiap-tiap penafsiran tersebut pada dasarnya memiliki pembahasan yang serupa.
Dalam Surat An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi Muhammad SAW, dalam
menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan:
Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik
ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Kata (الْطَّـغُوتَ) thaghut terambil dari kata (طغى) thagha
yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti
berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk
dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala
sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan,
pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap manusia.
Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik
umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah SWT., ataupun ummat yang
membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan
menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk
kesekian kalinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Maragi, Ahmad Mustafa. 1992. Tafsir
Al-Maragi. Semarang: CV. Toha Putra Semarang
Al
Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam
Shihab,
M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al- Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
http://majelispenulis.blogspot.co.id/2012/04/kebenaran-menurut-islam.html, diakses pada hari
Selasa tanggal 15 November 2016 pukul 12:14.
[1]
http://majelispenulis.blogspot.co.id/2012/04/kebenaran-menurut-islam.html,
diakses pada hari Selasa tanggal 15 November 2016 pukul 12:14.
[2]
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), hlm. 256-257.
[3]
Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: CV. Toha Putra
Semarang, 1992), hlm. 145-146.
[4]M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm.
223
Tidak ada komentar:
Posting Komentar