Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP - Ainuz Zulfa

Latest

Selasa, 02 Mei 2017

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP

Get Ms. Word

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                       : SMP Islam Batang
Mata Pelajaran : PAI/ Hadits
Kelas/Semester            : VII/I
Waktu                         : 2 x 40 menit
Pertemuan ke              : 1
Nama Guru                 : Ainuz Zulfa

A.    STANDAR KOMPETENSI
1.      Mengetahui macam-macam hadits.

B.     KOMPETENSI DASAR
1.1        Mengetahui hadits mutawatir.

C.    INDIKATOR KOMPETENSI
1.1.1        Menjelaskan pengertian hadits mutawatir.
1.1.2        Menyebutkan syarat-syarat hadits mutawatir.
1.1.3        Menyebutkan pembagian hadits mutawatir.
1.1.4        Menjelaskan kedudukan hadits mutawatir.
1.1.5        Menyebutkan contoh hadits mutawatir.

D.    TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Siswa dapat menjelaskan pengertian hadits mutawatir.
2.      Siswa dapat menyebutkan syarat-syarat hadits mutawatir.
3.      Siswa dapat menyebutkan pembagian hadits mutawatir.
4.      Siswa dapat menjelaskan kedudukan hadits mutawatir.
5.      Siswa dapat menyebutkan contoh hadits mutawatir.

E.     PENDIDIKAN KARAKTER YANG DICAPAI
·         Religius

F.     METODE PEMBELAJARAN
·         Ceramah
·         Diskusi
·         Tanya jawab
G.    MEDIA PEMBELAJARAN
·         Power Point

H.    MATERI PEMBELAJARAN
·         Pengertian hadits mutawatir
Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya berurutan. Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah “apa yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad”. Atau : “hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti pendengarannya dan semacamnya”.
·         Syarat-syarat hadits mutawatir
Dari definisi di atas jelaslah bahwa hadits mutawatir tidak akan terwujud kecuali dengan empat syarat berikut ini :
1.      Diriwayatkan oleh jumlah yang banyak.
2.      Jumlah yang banyak ini berada pada semua tingkatan (thabaqat) sanad.
3.      Menurut kebiasaan tidak mungkin mereka bersekongkol/ bersepakat untuk dusta.
4.      Sandaran hadits mereka dengan menggunakan indera seperti perkataan mereka : kami telah mendengar, atau kami telah melihat, atau kami telah menyentuh, atau yang seperti itu. Adapun jika sandaran mereka dengan menggunakan akal, maka tidak dapat dikatakan sebagai hadits mutawatir.
·         Pembagian hadits mutawatir
Sebagian jumhur ulama menyebutkan Hadits Mutawatir ada 3 yaitu:
a.       Hadits Mutawatir Lafdhi
Hadits mutawatir lafdhi adalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama. Dengan demikian garis besar serta perincian maknanya tentu sama pula, juga dipandang sebagai hadis mutawatir lafdhi, hadis mutawatir dengan susunan sedikit berbeda, karena sebagian digunakan kata-kata muradifnya (kata-kata yang berbeda tetapi jelas sama makna atau maksudnya). Sehingga garis besar dan perincian makna hadits itu tetap sama. Contoh hadits mutawatir lafdhi yang artinya: “Rasulullah SAW, bersabda: “Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah dia menduduki tempat duduknya dalam neraka”. (Hadis Riwayat Bukhari).
Hadits tersebut menurut keterangan Abu Bakar al-Bazzar, diriwayatkan oleh empat puluh orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama lain, ada enam puluh orang sahabat, Rasul yang meriwayatkan hadis itu dengan redaksi yang sama.
b.      Hadits Mutawatir Maknawi
Hadits mutawatir maknawi adalah hadits mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda perincian maknanya. Dengan kata lain, hadits-hadits yang banyak itu, kendati berbeda redaksi dan perincian maknanya, menyatu kepada makna umum yang sama. Jumlah hadits-hadits yang termasuk hadits mutawatir maknawi jauh lebih banyak dari hadits-hadits yang termasuk hadits mutawatir lafdhi. Contoh hadits mutawatir maknawi yang artinya: “Rasulullah SAW pada waktu berdoa tidak mengangkat kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat kedua ketiaknya yang putih, kecuali pada waktu berdoa memohon hujan”. (Hadis Riwayat Mutafaq’ Alaihi)
c.       Hadits Mutawatir ‘Amali
Hadits mutawatir ‘amali adalah hadits mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya. Contoh : Hadits-hadits Nabi tentang waktu shalat, tentang jumlah rakaat shalat wajib, adanya shalat ‘ied, adanya shalat jenazah, dan sebagainya. Segala macam amal ibadah yang dipraktekkan secara sama oleh umat Islam atau disepakati oleh para ulama, termasuk dalam kelompok hadits mutawatir ‘amali. Seperti hadits mutawatir maknawi, jumlah hadits mutawatir ‘amali cukup banyak. Diantaranya, shalat janazah, shalat ‘ied, dan kadar zakat harta.

·         Kedudukan hadits mutawatir
Seperti telah disinggung, hadits-hadits yang termasuk kelompok hadits mutawatir adalah hadits-hadits yang pasti (qath’i atau maqth’u) berasal dari Rasulullah SAW. Para ulama menegaskan bahwa hadits mutawatir membuahkan “ilmu qath’i” (pengetahuan yang pasti), yakni pengetahuan yang pasti bahwa perkataan, perbuatan atau persetujuan berasal dari Rasulullah SAW. Para ulama juga biasa menegaskan bahwa hadits mutawatir membuahkan “ilmu dharuri” (pengetahuan yang sangat mendesak untuk diyakini atau dipastikan kebenarannya), yakni pengetahuan yang tidak dapat tidak harus diterima bahwa perkataan, perbuatan, atau persetujuan yang disampaikan oleh hadits itu benar-benar perkataan, perbuatan, atau persetujuan Rasulullah SAW.
Kedudukan hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam tinggi sekali. Menolak hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam sama halnya dengan menolak kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Kedudukan hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi dari kedudukan hadis ahad.
·         Contoh hadits mutawatir
Hadits yang dikategorikan sebagai mutawatir jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan jenis hadits Ahad. Ada beberapa contoh hadits Mutawatir, yaitu hadits :
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka”.
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِى فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا
“Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”.

I.       LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan
Alokasi waktu
Kegiatan Awal:
·         Apersepsi.
·         Guru memotivasi siswa mengenai keutamaan hadits.
·         Guru memilih beberapa siswa yang mempunyai kemampuan memahami hadits di atas rata-rata untuk menjadi tutor sebaya.
·         Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dan menempatkan dalam setiap kelompok tutor sebaya tadi.
10 menit
Kegiatan inti:
·         Guru menjelaskan materi yang disampaikan
·         Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
·         Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikat penguatan dan penyimpulan
·         Menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam kelompok masing-masing, guru sebagai fasilitator.

55 menit
Kegiatan akhir:
·         Guru bersama-sama siswa atau sendiri membuat simpulan pelajaran.
·         Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
·         Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
15 menit

J.      PENILIAN

1.      Evaluasi pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penskoran Nilai
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instumen/ Soal
·         Menjelaskan pengertian hadits mutawatir
20
Tes tulis
Uraian
·         Apa yang dimaksud dengan hadits mutawatir secara bahasa dan istilah?
·         Menyebutkan syarat-syarat hadits mutawatir
20


·         Sebutkan syarat-syarat hadits mutawatir!
·         Menyebutkan pembagian hadits mutawatir
20


·         Sebutkan kedudukan hadits mutawatir!
·         Menjelaskan kedudukan hadits mutawatir
20


·         Jelaskan kedudukan hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam!
·         Menyebutkan contoh hadits mutawatir
20


·         Tuliskan contoh hadits mutawatir!


2.      Kunci jawaban

1.      Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya berurutan. Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah apa yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad.
2.      Syarat-syarat hadits mutawatir:
·         Diriwayatkan oleh jumlah yang banyak.
·         Jumlah yang banyak ini berada pada semua tingkatan (thabaqat) sanad.
·         Menurut kebiasaan tidak mungkin mereka bersekongkol/bersepakat untuk dusta.
·         Sandaran hadits mereka dengan menggunakan indera seperti perkataan mereka : kami telah mendengar, atau kami telah melihat, atau kami telah menyentuh, atau yang seperti itu. Adapun jika sandaran mereka dengan menggunakan akal, maka tidak dapat dikatakan sebagai hadits mutawatir.
3.      Pembagian hadits mutawatir:
a.       Hadits Mutawatir Lafdhi
Hadits mutawatir lafdhi adalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama. Dengan demikian garis besar serta perincian maknanya tentu sama pula, juga dipandang sebagai hadis mutawatir lafdhi, hadis mutawatir dengan susunan sedikit berbeda, karena sebagian digunakan kata-kata muradifnya (kata-kata yang berbeda tetapi jelas sama makna atau maksudnya). Sehingga garis besar dan perincian makna hadits itu tetap sama.
b.      Hadits Mutawatir Maknawi
Hadits mutawatir maknawi adalah hadits mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda perincian maknanya. Dengan kata lain, hadits-hadits yang banyak itu, kendati berbeda redaksi dan perincian maknanya, menyatu kepada makna umum yang sama. Jumlah hadits-hadits yang termasuk hadits mutawatir maknawi jauh lebih banyak dari hadits-hadits yang termasuk hadits mutawatir lafdhi.
c.       Hadits Mutawatir ‘Amali
Hadits mutawatir ‘amali adalah hadits mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya.
4.      Kedudukan hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam tinggi sekali. Menolak hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam sama halnya dengan menolak kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Kedudukan hadits mutawatir sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi dari kedudukan hadis ahad.
5.      Contoh hadits mutawatir
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka”.
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِى فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا
“Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”.


Batang, 29 Maret 2017

Mengetahui
Kepala SMP Islam Batang



..................................

Guru Mata Pelajaran



................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar