BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan aktivitas untuk
mengembangkan seluruh potensi serta aspek kepribadian manusia yang berjalan
seumur hidup sepanjang kehidupan manusia. Dengan demikian pendidikan
dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang berlangsung di dalam ruang dan waktu
yang terbatas yang sering orang sebut dengan pendidikan formal. Akan tetapi ia
mencakup seluruh kegiatan yang mengandung unsur pengembangan setiap potensi
dasar yang dimiliki manusia kapan saja dan di mana saja ia lakukan. Karena itu
pendidikan dikatan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian manusia
(Andre Rinanto, 1982: 11).
Oleh karena itu fungsi dan peran
pendidikan agama tentu akan lebih dominan daripada pendidikan secara umum, hal
itu dikarenakan pendidikan agama akan secara langsung menyentuh unsur
pembentukan kepribadian manusia, sementara pendidikan secara umum tidak selalu
demikian adanya. Untuk itu kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan
kejelasan bentuk konseptualnya, dimana pembentukan kepribadian yang dimaksud
sebagai hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, dan kemajuan masyarakat dan
budaya yang dituju adalah yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Berangkat dari hal di atas maka
al-Qur’an melalui lisan Lukman al-Hakim telah menetapkan bahwa akidah tauhid
harus dijadikan dasar yang melandasi tegaknya syari’ah dan akhlak agar
pengetahuan manusia dapat memberi manfaat yang seluas-luasnya untuk kepentingan
kehidupan manusia, karena hanya darI jiwa yang terpola dengan keimanan yang
benarlah akan terlahir akhlak mulia (Ahmad Fuad al-Ahwani, 1919: 15).
B.
Judul Makalah
Sesuai dengan materi yang telah
diberikan, makalah ini berjudul “Bertuturlah Lembut Jangan Teriak Kasar”
penafsiran QS. Al-Luqman ayat 19.
C.
Nash al-Qur’an
وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ
١٩
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan
dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”
D.
Arti Penting Pengkajian Materi
Ayat ini berisi nasehat Lukman yang
ditujukan kepada anaknya, ayat ini penting untuk dikaji karena yang menjadi
pokok dari kajian ayat ini adalah tentang dasar pendidikan anak tentang
kesederhanaan yang menganjurkan agar bersikap sederhana dan bersahaja dalam
berjalan dan bersuara. Muatan ayat ini mengandung makna bahwa, dalam berjalan
dan berbicara tidak mengesankan kesombongan dan keangkuhan. Hal ini perlu
dijadikan landasan dasar bagi para orang tua khususnya dan para pendidik pada
umumnya dalam perjalanan panjangnya melakukan pendidikan pada anak-anaknya,
demi terwujudnya cita-cita pendidikan Islam yaitu manusia yang beriman,
berilmu, dan bertaqwa kepada Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Gaya dan nada suara seseorang
merupakan bagian dari identitas kedirian/kepribadiannya, karena dengan gaya dan
penampilan serta nada suaranya orang akan diketahui corak kepribadiannya. (Sayyid, Quth., 2782).
Ayat dari surat Luqman ini menjadi
pokok dari kajian tentang dasar pendidikan anak yang berisi nasehat Lukman
tentang kesederhanaan yang secara spesifik menganjurkan agar anaknya bersikap
sederhana dan bersahaja dalam berjalan dan bersuara, maksudnya bahwa cara
berjalan dan mengeluarkan pendapat/berbicara tidak mengesankan kesombongan dan
keangkuhan, sehingga suara yang angkuh digambarkan sebagai suara himar yang
memekik-mekik.
Sesungguhnya bukan hanya pada
bagaimana orang berjalan dan bersuara yang sopan akan tetapi Islam telah
mengajarkan kepada umatnya untuk tidak berlebihan dalam setiap tindakan yang
dilakukan karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Karena
itu menurut Islam sebaik-baik perkara adalah yang sedang-sedang saja.[1]
B.
Tafris QS. Luqman ayat 19
1.
Tafsir Al-Maragi
(وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ)
Dan
berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat juga
tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer
menonjolkan sikap rendah diri atau sikap tawadhu’.
(وَٱغۡضُضۡ
مِن صَوۡتِكَۚ)
Kurangilah tingkat kekerasan
suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu mengangkat suaramu
bilamana tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itu
lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti.
(إِنَّ
أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ)
Sesungguhnya suara yang paling
buruk dan paling jelek, karena ia
dikeraskan lebih dari pada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah
suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang mengeraskan suaranya itu
berarti suaranya mirip suara keledai. Dalam hal ini ketinggian nada dan
kekerasan suara, dan suara yang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT.[2]
2. Tafsir Al-Qurthubi
Firman Allah SWT, وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ “Dan sederhanalah kamu
dalam berjalan”. Ketika Luqman melarang anaknya dari
perilaku buruk, dia pun menjelaskan perilaku baik yang harus diterapkannya. Dia
berkata, وَٱقۡصِدۡ فِي مَشۡيِكَ “Dan sederhanalah kamu
dalam berjalan”, maksudnya adalah berjalanlah
biasa-biasa saja. Kata القصد artinya berjalan antara cepat dan
lambat. Artinya, janganlah kamu berjalan seperti orang lunglai dan janganlah
pula seperti orang terlalu semangat.
Firman Allah SWT, وَٱغۡضُضۡ
مِن صَوۡتِكَ “dan lunakkanlah suaramu”, maksudnya adalah rendahkan suaramu. Artinya, jangan
berlebihan dengan meninggikan suara dan bersuaralah sesuai kebutuhan. Sebab,
suara nyaring yang dikeluarkan melebihi dari yang dibutuhkan dapat membebani
diri sendiri dan dapat mengganggu orang lain. Maksud keseluruhannya adalah bersikap tawadhu’.
Firman Allah
SWT, إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ
لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai”. Lafazh أَنكَرَ berarti
paling buruk dan paling jelek. Contoh lain adalahأتانا بو جه منكر (dia datang menemui kami dengan wajah yang sangat buruk). Keledai
adalah perumpamaan dalam mencela dan memaki. Begitu juga dengan suaranya.[3]
3.
Tafsir Al-Mishbah
Dan bila engkau
melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah
dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak
melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan
membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan lari
tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan
lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar bagaikan teriakan keledai.
Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai karena awalnya siulan
yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk.[4]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
1.
Hendaknya
berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa.
2.
Berjalanlah
dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah
diri atau sikap tawadhu’.
3.
Hendaknya
dalam berbicara rendahkanlah tingkat kekerasan suaranya, janganlah mengangkat
suara bila tidak diperlukan sekali.
4.
Hendaknya
berbicara dengan nada yang lemah lembut penuh dengan adab sopan santun.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Bersikap
sederhana atau tawadhu’.
2.
Tidak
mengeraskan suara di hadapan orang-orang karena meremehkan mereka.
3.
Seburuk-buruk
suara adalah suara keledai, oleh karena itu berbicara yang lemah lembut;
dikeraskan hanya jika diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ayat ini mengandung wasiat Luqman,
yang mana dapat kita ambil kesimpulan bahwa ayat ini mengandung dasar-dasar
pokok pendidikan bagi seorang Muslim. Ayat ini pun memberi pimpinan bagi kita
agar bersikap halus, bersuara lemah lembut, sehingga bunyi suara itu pun
menarik orang untuk memperhatikan apa yang dikatakan. Sebab itu tidak ada
salahnya jika orang bercakap yang lemah lembut, dikeraskan hanyalah ketika dipakai hendak mengerahkan orang
banyak kepada suatu pekerjaan besar. Atau seumpama seorang komandan peperangan
ketika mengerahkan perajuritnya tampil ke medan perang. Seperti halnya dengan
orang tua dan para pendidik dalam mendidik anak-anaknya. Supaya menciptakan
generasi emas yang berakhlakuk karimah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Maragi, Ahmad Mustafa. 1992. Tafsir Al-Maragi. Semarang:
PT. Karya Toha Putra Semarang.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta:
Pustaka Azzam.
Juwariyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: Teras.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian
Al Qur’an. Jakarta: Lentera
Hati
[1] Juwariyah, Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 57
[2] Ahmad Mustafa
Al Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang,
1992), hlm. 162-163.
[3] Syaikh Imam Al
Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm.
169-170.
[4] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm. 139.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar